Ada Bahaya Prostitusi di Madura

8/11/2008

TIDAK lama lagi, Madura akan menjadi salahsatu pulau yang padat berbagai aktivitas ketika jembatan Suramadu dioperasikan. Baik pendidikan, perdagangan, indutri serta kegiatan lainnya. Namun, satu hal perlu diperhatikan. Yaitu prostitusi yang lebih dikenal dengan bisnis esek-esek.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan Drs H.A Sunarto AS MEi, Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Surabaya, bisnis haram tidak bisa dihilangkan hampir di semua daerah yang memiliki aktivitas tinggi. Bahkan, kata akademisi berdarah Madura ini, ada yang menyatakan jika prostitusi menjadi salah satu penyumbang kemajuan satu daerah. Buktinya, aktivitas ekonomi di lokalisasi berpengaruh pada aktivitas ekonomi di wilayah sekitarnya.

"Di beberapa kota-kota besar, prostitusi menjadi salahsatu penunjang aktivitas ekonomi. Sebab, peredaran uang di bisnis itu (prostitusi, Red) relatif banyak. Sehingga, pertumbuhan ekonomi di areal prostitusi sangat cepat. Sehingga menyebar ke lingkungan sekitarnya," jelas putra H Supat asal Kabupaten Sumenep ini.

Prostitusi, terang Sunarto, merupakan hal yang harus dihindari masyarakat Madura yang dikenal agamis dan taat. Sebab, dampak negatifnya sangat besar jika terlanjur hidup dan berkembang di bumi Madura. Tidak hanya generasi muda yang teracuni. Tapi mereka yang sudah tua bisa menganggapnya asyik. "Belum lagi ditambah oknum yang mencari keuntungan dari bisnis itu," ujarnya.

Meskipun secara moral sangat merugikan, ada pihak yang merasa diuntungkan secara material dari bisnis esek-esek. Keuntungan materi akan melahirkan resistensi beberapa pihak ketika ada usaha menghentikan dan membumi hanguskan pelacuran. "Yang untung ya mereka yang ikut andil dalam bisnis itu. Tapi ada juga yang secara sembunyi-sembunyi. Sebab, peredaran uang di bisnis ini cukup besar," terangnya.

Di Jakarta atau Surabaya misalnya. Dua kota besar ini sudah lama berkembang bisnis prostitusi. Pemerintah di kedua kota metropolis ini telah mengupayakan penertiban. Namun tidak pernah berhasil. Bahkan, makin tumbuh bagai jamur dimusim hujan. Akhirnya, langkah yang diambil adalah menempatkan mereka di lokasi khusus. Tujuannya menghindari semakin luasnya dampak negatif yang akan ditimbulkan.

"Pertanyaannya, apakah lokalisasi kemudian menjadi solusi atau jaminan dampak negatif prostitusi tidak menyebar?," sergahnya. Menurut dia, beberapa kalangan justru menilai lokalisasi prostitusi menjadi surga bagi penjaja seks dan pembelinya. Sebab, mereka bebas melakukan transaksi tanpa rasa takut maupun rasa bersalah.

Bahkan, ada wanita tuna sulsila (WTS) enggan hidup di prostitusi karena ramainya persaingan. Mereka memutuskan keluar dan menjajakan tubuhnya di tempat lain. "Inilah yang patut menjadi perhatian bersama. Pertama, jangan sampai prostitusi masuk ke Madura. Kedua, kita jangan sampai memberlakukan mereka yang sudah terlanjur terlibat secara salah,"imbaunya.

Menurut suami Hj Latifah Sanuri ini, pada dasarnya pelacuran dan semua yang terlibat dalam bisnis tersebut merupakan orang-orang putus asa dan tidak memiliki kesempatan. Pelacuran dan bisnisnya merupakan hal termudah untuk bisa memertahankan hidup di tengah kebutuhan yang semakin meningkat.

Karena itu, Narto menganjurkan berbagai pihak benar-benar memersiapkan sumber daya manusianya dengan baik. Sehingga, kesempatan mereka untuk mendapatkan hasil di jalan yang benar terbuka lebar. Di samping itu, para tokoh agama senantiasa berkomunikasi dan memberi pencerahan rohani kepada masyarakat agar jangan sampai jatuh ke lubang yang salah.

"Kebutuhan yang terpenuhi dan tingkat kesadaran beragama yang tinggi Insyaallah akan menghindarkan masyarakat Madura dari prostitusi," tukasnya. (nra/tra)

Sumber klik di sini

Tulisan Terkait Lainnya



 
 
 
 
Copyright © Sumenep Blog| by Susi Support