Melihat Usaha Pembuatan Kejing, di Desa Taddan, Kecamatam Camplong

3/30/2009

Kerajianan membuat batu nisan yang dalam bahasa Madura disebut kejing sudah ditekuni M. Saifuddin sejak 1997. Dari tangan telatennya tersebut, hasil produksi kejing sudah merambah di 14 kecamatan se Kabupaten Sampang.


Tak dirasa, sudah 10 tahun usaha tersebut digelutinya. Banyak kendala yang ia hadapi selama berproduksi, termasuk pemasaran dan proses produksinya. "Yang pasti, tak langsung seperti sekarang ini," ujar Saifuddin.

Kepada koran ini Saifuddin menunjukkan proses pembuatan batu nisan di tempat usahanya tersebut. Mulai dari pencetakan, pengeringan sampai proses finishing kejing yang siap dipasarkan. "Butuh waktu sekitar tiga hari untuk melakukan semua proses dengan baik," ujar Saifuddin.

Dengan berbekal ilmu seadanya, Saifudin tetap konsisten menekuni usahanya tersebut. Kesehariannya, dia dibantu istrinya Saliyah yang profesinya hanya ibu rumah tangga biasa. Awalnya usaha itu dilakukan berdua, tapi lambat laun semakin berkembang. Akhirnya Kami berinisiatif merekrut tiga pekerja. "Mereka semua berasal dari Kabupaten Sumenep," terangnya.

Pada dua bulan pertama berdirinya usaha tersebut, Saifuddin mengaku sempat stres. Sebab hasil produksinya tidak laku di pasaran. Tapi bapak lima anak ini optimistis dan yakin bahwa usaha yang tengah digelutinya akan berhasil. "Pada produksi awal, puluhan kejing yang dihasilkan ngendon (tidak terjual). Tapi saya tidak putus asa," cerita Saifuddin.

Buktinya, selang beberapa tahun omsetnya kini mampu menembus puluhan juta rupiah. Upaya tersebut tidak diraihnya dengan mudah. Sebagai kepala keluarga dia mengaku terus memutar otak agar usahanya bisa lebih sukses. Salah satunya adalah membuat jenis lain yang berbahan baku sama. Seperti pot bunga, gorong - gorong, dan genteng.

Alumni IAIN Surabaya ini ceritakan, himpitan ekonomi akibat krisis global yang tak kunjung usai diakui berpengaruh terhadap usahanya. Terbukti baru - baru ini omset penjualan semakin menurun. Jika dulu dalam sebulan mampu menjual sampai 270 kejing, akhir - akhir ini menurun sekitar 20 unit. "Otomatis, pendapatan semakin menurun," keluhnya.

Namun dia terus memutar otak. Untuk menutupi penurunan omzetnya, dia juga memproduksi pot bunga. Sayangnya, hingga kini pemasaran sejumlah kerajinan tersebut hanya berkutat di wilayah Sampang.

Disinggung tentang hal ini, Saifuddin mengaku masih berusaha untuk memperluas jaringan penjualannya. Kalau bisa, angannya, bisa merambah pasar luar Madura. Meskipun disibukkan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS), namun ia bertekad untuk tidak meninggalkan usaha yang mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

dikutip dari jawapos.co.id

Tulisan Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Sumenep Blog| by Susi Support