Sumenep Blog - Pemerintah harus lebih giat lagi dalam membasmi penyakit masyarakat (pekat) di Sumenep. Dari pantauan koran ini, sejumlah daerah yang menyediakan bisnis sahwat masih ada. Seperti di Desa Langsar, Kec Saronggi; dan Desa/Kec Bluto.
Dari penelusuran koran ini, kebanyakan perempuan pemuas nafsunya dari luar Madura. Seperti dari Probolinggo, Banyuwangi, Jember, dan Situbondo. Tapi, ada yang dari Pamekasan.
Di Desa Langsar, empat PSK yang beroperasi berasal dari Banyuwangi. Mereka tinggal di salah satu rumah milik SN. Lokasinya terletak di pedalaman, diperkirakan butuh waktu 45 menit dari Pasar Saronggi untuk sampai tempat tersebut. Jaraknya kurang lebih 3 km dari pasar, jalan untuk menuju tempat itu penuh bebatuan.
Meski tempatnya jauh, sangat mudah untuk menemukan tempat itu. Sebab, mayarakat banyak yang tahu lokasi tersbeut. Anehnya, warga seakan tak peduli dengan lokalisasi di wilayahnya. Buktinya, hingga kini tidak ada reaksi apa pun dari warga sekitar dengan bisnis sahwat itu.
Tak jauh berbeda dengan di Desa Langsar, PSK di Desa Bluto banyak berasal dari luar Madura. Pantauan koran ini, ada tiga rumah yang dijadikan tempat mesum di sana. Jarak antara tiga rumah itu tidak begitu jauh. Satu di antaranya, yakni rumah paling utara, disebut memiliki PSK dengan kualitas tinggi. Setidaknya, jika dibandingkan dengan dua rumah lainnya.
Saat koran ini sampai di rumah utara tersebut, tiga PSK yang ada lumayan masih muda. Umurnya diperkirakan di bawah 25 tahun.
Sementara di rumah yang satunya, rumah tengah, terdapat empat PSK. Namun, usianya rata - rata 35 tahunan ke atas hingga 40 tahun.
Sedangkan PSK yang ada di rumah yang paling selatan, informasinya terdapat lima orang. Kebetulan, sebelum koran ini masuk ke tempat tersebut, salah satu mucikari bilang, "Kosong, semuanya pulang. Biasanya ada sampai lima." Dia bicara sambil memberi isyarat dengan tangannya.
Yang bikin kaget, saat baru sampai di lokasi tersebut, ada seorang anggota satuan polisi pamong praja (satpol PP) yang masih berseragam di sana. Bahkan, koran ini sempat kaget dikira ada penggerebekan di tempat tersebut.
Bahkan, oknum satpol PP itu memegang pundak dan menyuruh koran ini masuk ke rumah yang ditempati PSK tersebut. "Masuk, nggak apa - apa," kata anggota satpol PP yang biasa bertugas di kota itu.
Sayangnya, koran ini tak sempat mengambil dokumentasi anggota satpol PP di lokasi tersebut. Sebab, tak lama setelah koran ini sampai di tempat itu, dia pamit pulang ke mucikarinya. "Saya keluar Mak, soalnya ditugaskan di penjagaan pameran di Sumenep," kata dia.
Di tempat berbeda, Ketua Majelas Ulama Indonesia (MUI) Sumenep KH Syafraji kepada koran ini mengatakan, untuk penertiban PSK pihaknya telah kerjasama dengan dinsos, satpol PP, dan kepolisian. PSK yang dijaring dan divonis tindak pidana ringan (tipiring) selama tiga hari, sebelum dipulangkan MUI memberikan pembinaan kepada mereka.
Hanya, ungkapnya, yang janggal adalah saat aksi penggerebekan, sejumlah PSK sudah tidak ada di tempat. Dia menduga ada kongkalikong dengan oknum aparat.
Dia berharapa, dalam menuntaskan penyakit masyarakat penegak hukum menindak tegas para pelakunya. "Mereka (PSK, Red) kebanyakan berasal dari luar Madura, tetapi germonya orang sini. Makanya, harus diperberat hukumannya," tegasnya.
Sementara Kasatpol PP Sumenep Kafrawi mengatakan, pihaknya telah mengadakan koordinasi dengan kepolisian dalam menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat). Dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya operasi tiga tempat. Yakni, di Kec Bluto, Ambunten, dan Dasuk.
"Kami telah mengadakan koordinasi dengan kepolisian setempat. Kabarnya, setelah diadakan koordinasi di Kec Dasuk sudah tidak ada lokalisasi," terangnya.
Tentang dugaan keterlibatan aparat satpol PP dalam bisnis sahwat, Kafrawi membantahnya. Dia akan mengecek dan mencari anggota yang ada di lokalisasi. Jika cukup bukti, dia akan memberikan sanksi tegas. Bahkan, jika memang diperlukan, sanksinya pecat bagi oknum satpol PP yang terlibat.
"Saya masih seminggu menjabat. Namun jika diketahui anggota kami terlibat, akan diberi tindakan tegas," tegasnya.
Sementara Sri Nurhayati, Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Sumenep, mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan polres sebagai ketua tim operasi pekat. Koordinasi juga dilakukan dengan satpol PP. "Ketua tim operasi pekat Kasat Samapta Polres Sumenep dan satpol PP sebagai anggotanya," terangnya kemarin siang.
Terkait dengan pekat, dinsos hanya sebagai penanganan kedua. Seperti operasi yang dilakukakan pada sebelumnya, kali pertama yang turun adalah tim operasi dari kepolisian dan satpol PP. Setelah itu hasil operasi ditindaklanjuti dinsos bersama MUI. "Tugas kami bersama MUI mengadakan bimbingan dan sosialisasi setelah ditangkap," jelasnya. (c22/zid/mat)
http://jawapos.co.id/ (02/11/09)
Kebanyakan PSK dari Luar Madura
11/02/2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Semoga berhasil menutup bisnis PSK di wilayah Sumenep....
Posting Komentar