Pembangunan Pelabuhan Rakyat Dengan Terumbu Karang Dipersoalkan

11/15/2009


Giligenting - Pembangunan Pelabuhan Rakyat Dengan Terumbu Karang Dipersoalkan . Pembangunan pelabuhan rakyat (pelra) lanjutan di Desa Lombang, Kec. Giligenting, dikeluhkan warga. Penyebabnya, pelabuhan yang menghabiskan dana ratusan juta rupiah itu tidak sesuai dengan PTO (petunjuk teknis operasional).

Informasi yang dihimpun koran ini menyebutkan, awalnya pelabuhan sepanjang 160 meter. Namun, manfaat pelra kurang maksimal jika air surut. Banyak perahu jasa yang terpaksa ditambatkan di tengah lautan.

Karena pelabuhan dianggap kurang maksimal, kemudian diperpanjang hingga 235 meter atau ditambah 75 meter untuk pembangunan pelabuhan lanjutan. Proyek pembangunan pelra lanjutan difasilitasi program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri.

Sudarsono, salah satu warga Desa Lombang, mengatakan, ketidaksesuaian dengan terutama pada unsur materil. Dari 800 kubik material yang seharusnya menggunakan batu gunung, tapi lebih banyak terumbu karang. "Kalau dominan terumbu karang daripada batu gunung, pelabuhan tidak akan bertahan lama," katanya kepada koran ini kemarin (14/11).

Dijelaskan, proyek pembangunan pelra senilai Rp 217 juta. Menurut dia, material yang digunakan lebih banyak terumbu karang, sebanyak 80 persen. Dia merinci, 60 persen terumbu karang hidup dan 20 persen terumbu karang mati. Sedangkan sisanya 20 persen direncanakan menggunakan batu gunung.

Darimana terumbu karang didapatkan? Menurut Sudarsono, material itu didapat dari warga. Harga terumbu karang Rp 40 ribu per kubik. "Jadi, proyek itu sudah menghabiskan sekitar Rp 32 juta untuk pembelian terumbu karang," jelasnya.

Sayangnya, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Musa belum bisa dikonfirmasi. Sementara Koordinator PNPM Sumenep Alif Riwidya mengatakan, pihaknya menolak pembangunan pelra dengan menggunakan terumbu karang. "Kami sudah merekomendasikan ke desa untuk tidak menggunakan terumbu karang," katanya.

Apakah terumbu karang yang sudah tertata itu mubadzir? Alif tidak mengelak. "Kami anggap dana itu (pembelian batu karang yang mubadzir, Red) merupakan stimulan bagi warga. Biar warga memahami bahwa pembangunan pelra dengan juga memberdayakan masyarakat," kilahnya. (uji/mat) (jawapos.co.id 15/11/09)

Tulisan Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Sumenep Blog| by Susi Support